(ilustrasi) sumber gambar: rumahminimal.com
Kondisi sektor properti 2015
Setelah sempat mengalami peningkatan terutama tahun 2009 – 2012 dan mengalami booming pada tahun 2013, properti sempat mengalami penurunan tahun 2015 lalu. Penjualan atau pasar properti mengalami perlambatan.
Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain perlambatan ekonomi global dan suku bunga bank yang tinggi. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari pelemahan ekonomi menjadi salah satu penyebab utama minat investor terhadap sektor properti menurun tajam.
Bagaimana Kondisi Properti tahun 2016?
Kondisi pasar properti 2016 akan jauh lebih baik karena berbagai faktor. Selain itu dilihat dari siklus alami pasar properti, perlambatan ini masih normal dan kondisi ini akan mengalami perbaikan, seperti yang secara optimis dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda.
Terus menguatnya pergerakan rupiah terhadap dolar AS disertai dengan pembangunan infrastruktur segera akan menggerakkan sektor riil. Hal inilah yang akan meningkatkan daya beli masyarakat, dan perbaikan sektor properti hanya tinggal menunggu waktu, ia mengungkapkan.
Optimisme lainnya datang dari Direktur Utama Synthesis Square, Julius Warouw yang mengaku memiliki optimisme bahwa tahun 2016 berpotensi menjadi titik balik bisnis properti dalam negeri untuk kembali menggeliatkan industri tanah air. Salah satunya faktornya adalah data realisasi investasi domestik maupun asing yang masuk di akhir tahun 2015. Menurutnya faktor itulah salah satu faktor penting timbulnya rasa optimisme tersebut.
Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Julius menuturkan setidaknya ada 246 proyek asing dengan nilai investasi sebesar US$952,3 triliun. Jadi investasi asing untuk sektor properti di akhir kuartal IV tahun lalu justru meningkat cukup tajam
Sementara dari sisi investasi dalam negeri untuk sektor properti mencapai 108 proyek dengan nilai investasi US$621,9 triliun.
Julius menghimbau kepada seluruh pembeli bahwa tahun ini merupakan saat yang tepat apabila ingin berbisnis di sektor properti melihat kondisi maraknya investasi di bidang properti pada akhir kuartal IV tahun lalu. Namun, dia menekankan prinsip kehati-hatian sebelum melakukannya
“Belajar dari pengalaman, Anda tidak bisa mendengar dari satu orang, atau satu agen. Harus mencari tahu. Kemudian, jangan hanya pikirkan investasi jangka pendek, tetapi investasi jangka panjang,” katanya.
Para pembeli maupun investor sebaiknya lebih memilih bisnis properti yang memiliki nilai tambah yang jelas, Julius menambahkan. Lokasi yang strategis, serta keunikan yang ditawarkan kepada konsumen nantinya akan memberikan nilai tambah yang lebih, tertutama bagi para investor yang menyasar rencana-rencana berkelanjutan yang menguntungkan.
Ia mencontohkan Misalnya kita beli untuk disewakan. Bagaimana agar orang yang mau tinggal di rumah yang kita sewakan merasa nyaman selalu harus kita pikirkan dulu sebelum membeli. Tentu mereka memilih properti yang memiliki fasilitas memadai, bisa juga dari sisi lokasi, atau fasilitas lainnya. Ia menekankan keunikan itu harus benar-benar terlihat.
Sementara bagi developer sendiri, ia menghimbau agar para developer memiliki model bisnis baru. Menurutnya, perlu ada pembagian yang adil antara kesempatan dan permintaan pasar sendiri. Jika lebih condong kepada kesempatan semata, bisnis properti yang diusung nantinya justru berpotensi tidak akan berkembang.
sumber gambar: rumah123.com
Kondisi Properti Bali 2016
Lalu bagaimana dengan kondisi di Bali? Menurut mantan Ketua DPD REI Bali Putu Agus Suradnyana, memang pada 2016 akan ada peningkatan namun tidak akan seperti 3 tahun lalu. saat itu ada banyak sekali aliran dana masuk ke Bali dimana saat itu monitoring tidak seketat saat ini.
Dia mengatakan saat itu aliran dana cukup kencang masuk ke Bali, tapi ia tidak berani berspekulasi apakah itu Money Laundering atau tidak.
Adapun saat ini, transaksi dalam nilai besar sudah dipantau dengan ketat sehingga tidak bisa sembarangan investor membeli properti di Bali.
Selain itu, properti tidak bisa dilepaskan dengan dengan investasi. Sementara, untuk memfasilitasi investasi di Bali dan mewujudkan pembangunan yang akan dapat mendorong investor masuk sepertinya pemerintah belum berani.
Oleh karena itu Agus menyarankan developer / pengembang properti di REI Bali memperhatikan kondisi seperti ini. Kalau mau properti di daerah ini tetap eksis, dia menyarankan pengembang mulai melakukan pengamatan secara detail, dan berhitung dengan data sebelum mengambil langkah.
sumber:
http://finance.detik.com/read/2015/10/11/112259/3041494/1016/sempat-turun-pasar-properti-diprediksi-takeoff-di-2016
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/729142-begini-prospek-bisnis-properti-2016
http://properti.bisnis.com/read/20160411/107/536835/pengembang-diminta-jangan-terbuai-mimpi-booming-properti-lagi
Lihat juga listing villa dijual di Bali lainnya dan Rumah dijual di Bali
Anda ingin MENJUAL properti atau ingin MENCARI Properti baik Rumah, Villa, Tanah dll di Bali? Hubungi Kami